Wednesday, 26 December 2012

Berkunjung ke Pulau Sarinah

Naik Perahu Menuju Pulau Sarinah








Terletak sekitar 30 kilometer dari pusat kota Sidoarjo, kini masyarakat umum dapat menikmati keindahan Pulau Sarinah, untuk melihat lebih dekat konservasi hewan dan tanaman bakau. 


kapal nelayan yang disewakan 
Di Pulau yang dibangun dari reklamasi endapan lumpur lapindo sejak tahun 2009 ini, masyarakat juga dapat menikmati makanan khas laut yang diambil langsung oleh nelayan di tepi muara sungai. Selain sebagai tempat wisata keluarga yang murah, dipulau Sarinah ini juga dapat dilihat sarana konservasi tanaman bakau dan ikan serta berbagai jenis hewan laut yang dapat dimasak untuk dinikmati bersama keluarga atau kerabat. Untuk menuju ke pulau Sarinah yang terletak sekitar 30 kilometer dari pusat kota sidoarjo ini, dibutuhkan waktu sekitar 1 jam dengan jalan darat. Setelah sampai di kawasan dusun Tlocor desa Kedungpandan kecamatan jabon, masyarakat langsung bisa menggunakan perahu yang disewakan nelayan Rp 10.000 per orang untuk pulang pergi. 

Hamparan Air Payau menuju pulau Sarinah

Biasanya Pulau Sarinah yang dibangun sejak tahun 2009 seluas 90 hektar ini ramai dikunjungi oleh wisatawan pada hari minggu atau hari libur nasional, khususnya bagi wisatawan yang memiliki hobby memancing atau makan makanan seafood. Di bawah gubuk kayu yang disediakan badan Penanggulangan lumpur sidoarjo ( BPLS ), wisatawan dapat menikmati makanan laut, seperti kepiting, udang, dan ikan laut yang dipesan melalui nelayan setempat. Konservasi wanamina ini merupakan hal yang terbaik yang dilakukan oleh BPLS untuk menjaga ekosistem diwilayah penanggulangan lumpur Sidoarjo. Ini dibuat untuk mencegah abrasi dan erosi dari ombak. Ini juga menunjukkan jika pembuangan lumpur ke kali Porong tidak merusak ekosistem alam. Sementara untuk wisatawan yang hobby memancing bisa langsung menuju ke laut lepas yang hanya terletak sekitar 750 meter dari Pulau Sarinah dengan menggunakan perahu nelayan.


Pulau sarinah
Aneka Seafood

Wednesday, 19 December 2012

Berkemah Di Alam Terbuka


Lokasi perkemahan

Mengajak keluarga berkemah bisa menjadi pilihan menyenangkan dalam menghabiskan waktu liburan, menikmati hari di alam terbuka akan lebih baik dibandingkan mengajak anak bermain di mall-mall. Selain bisa menghemat pengeluaran, berkemah pun mengajarkan anak agar lebih menghargai alam. 

menyalakan api unggun

Berikut ini beberapa manfaat berkemah baik untuk keluarga juga perkembangan anak :
  1. Berkemah mampu menciptakan keakraban antar anggota keluarga. Pengalaman selama anak   berkemah dapat memberikan kenangan tersendiri.
  2. Berkemah bagi anak-anak, dapat memberikan pelajaran bertahan hidup. Misalnya, bagaimana menyalakan api, memasak air, membuat makanan, membangun tenda dan hal lainnya.
  3. Berkemah mengajarkan anak untuk bisa bekerjasama dengan oranglain, misalnya dalam pembangunan tenda yang tidak bisa dilakukan sendirian.
  4. Mendorong anak untuk untuk mengetahui banyak informasi dan pengetahuan mengenai bentuk-bentuk alam yang ada disekitarnya.
persiapan memasak untuk sarapan
suasana di malam hari
makan malam

Ungkapkan rencana anda mengajak anak berkemah di alam bebas. Berikan alasan mengapa berkemah itu menyenangkan. jika seluruh anggota keluarga setuju, mulailah melakukan persiapan seperti berikut ini :

  • Pilihlah lokasi untuk berkemah, pastikan yang aman untuk anggota keluarga.
  • Peralatan yang dipilih untuk berkemah haruslah bermanfaat, mudah dibawa dan aman
  • Usahakan membawa pakaian tipis maupun tebal, Tipis jika menghadapi cuaca panas dan tebal ketika memasuki malam hari
  • Bawalah sepatu dan sandal yang sederhana, jangan terlalu mewah. di bumi perkemahan akan banyak rintangan-rintangan seperti sungai, lumpur, sehingga kemungkinan besar terkena lumpur.
  • Bawalah tas berukuran besar yang cukup memuat barang bawaan anda
  • Bawalah tenda yang ukurannya bisa menampung seluruh anggota keluarga. jika tidak memiliki tenda , anda bisa menyewa di tempat penyewaan
  • Membawa peralatan masak, seperti kompor kecil, panci, alat makan dan lainnya
  • Jangan lupa membawa senter untuk alat penerangan di malam hari.
  • Membawa beras secukupnya.
  • Membawa air minum.
  • Jika anda membawa kompor gas kecil, maka harus menyiapkan tabung gas
  • Membawa makanan siap saji, seperti roti, biskuit dll
  • menikmati suasana kebersamaan
  • Membawa barang tambahan lainnya seperti tikar, tali, obatnyamuk dan obat-obatan.
menghangatkan badan
pemasangan tenda
Ingin mengajak anak agar lebih mencintai alam dan melestarikannya dengan cara menyenangkansekaligus mengakrabkan hubungan antar anggota keluarga ?? Mengajak anak berkemah salah satu jawabannya.

Selamat mencobanya !!!!
perjalanan ke lokasi
jalan-jalan dimalam hari

makan bersama

Tuesday, 18 December 2012

Telaga Warna Dieng Wonosobo


Telaga Warna Adalah objek wisata yang terletak di dieng, Kecamatan Kejajar Wonosobo. Telaga Warna merupakan salah satu objek wisata andalan Kabupaten Wonosobo Provinsi Jawa Tengah. Arah objek wisata Telaga Warna dengan Wonosobo sekitar 26 Km dapat ditempuh dengan rute Arah utara kota Wonosobo, dengan menggunkan bus jurusan Wonosobo – Dieng Batur. Telaga Warna memiliki keunikan tersendiri berkaitan dengan warna telaga. Terkadang berwarna hijau dan kuning atau berwarna warni mirip pelangi karena Telaga Warna memiliki kandungan sulfur yang cukup tinggi.


Objek Wisata Telaga Warna banyak dikunjungi oleh turis domestik maupun mancanegara, karena keindahannya, disamping itu hawa udaranya yang segar. untuk masuk ke objek wisata telaga warna penggunjung dikenakan biaya Rp.5000 (Lima ribu rupiah) (*). Disebelah Telaga Warna terdapat Telaga Pengilon, Airnya yang jernih seperti cermin itulah yang membuat penduduk setempat memberi nama Telaga Pengilon. Mitos penduduk menyebutkan bila danau ini bisa untuk mengetahui isi hati manusia. Bila ia terlihat cantik atau tampan ketika memandang air telaga ini, maka hatinya baik. Sebaliknya, ia termasuk orang berhati busuk. Selain danau, ada tiga gua, batu belik dan batu tulis di kompleks wisata ini. Ada Gua Semar, Gua Sumur dan Gua Jaran. Pengunjung bisa langsung mengetahui nama gua itu karena ada arca Semar di depannya. Semar adalah salah satu punakawan yang dianggap paling bijaksana. Dinamai Gua Semar karena penduduk setempat percaya bila gua ini dijaga oleh Eyang Semar. Banyak orang bersemedi di gua ini, laki atau perempuan dengan tujuan menginginkan keselamatan. Di antaranya, banyak yang berstatus pejabat di negeri ini. Tidak jauh melangkah telah menunggu Gua Sumur. Di depannya ada arca wanita dengan membawa kendi. Gua ini memang memiliki kolam kecil yang airnya konon bertuah. Banyak yang percaya air di Gua Sumur ini bisa menyembuhkan berbagai penyakit dan membuat kulit jadi lebih cantik. Adapula yang menggunakannya untuk upacara suci, umat Hindu dari Bali, misalnya. Mereka menggunakan air gua ini untuk upacara Muspre atau Mabakti.


Gua berikutnya, yaitu Gua Jaran. Gua Jaran atau Gua Kuda dikisahkan dulunya menjadi tempat pertapaan Resi Kendaliseto. Suatu saat ketika hujan deras, ada seekor kuda yang berteduh di dalamnya. Anehnya, ketika kuda itukeluar dari lubang itu keesokan harinya, kuda itu telah berbadan dua. Tidak diceritakan apakah kuda itu betina atau jantan. Namun, sebagian masyarakat percaya bila gua ini bisa digunakan untuk semedi para wanita yang sulit mendapatkan keturunan. Di antara tiga gua itu, Gua Jaran bisa dimasuki tanpa juru kunci. Gua Sumur dan Gua Semar bila tidak ada juru kunci biasanya dikunci untuk menjaga kesucian. Di sebelah Gua Jaran, ada Batu Belik Cundamanik. Serupa dengan Gua Semar, banyak orang bertapa di situ dengan tujuan mencari keselamatan. Selanjutnya, ada Batu Tulis. Barang siapa ingin anaknya bisa lancar membaca dan menulis, bisa ke lokasi ini untuk berdoa.

Ada lagi mitos yang menyebutkan bila tidak ada ular di kawasan ini. Jadi, barang siapa melihat ular di kompleks Telaga Warna, ia harus was-was. Mungkin akan ada hal buruk yang terjadi pada dirinya. Selain itu, pengunjung disarankan untuk menjaga omongan mereka selama menjelajahi kawasan ini. Pasalnya, tempat ini termasuk disakralkan. Mitos dan legenda itu hanyalah kepercayaan masyarakat setempat. Boleh percaya atau tidak.

Mitos Telaga Warna
Menurut masyarakat setempat, ada suatu kisah yang menyebabkan warna danau alias telaga itu berwarna-warni. Konon, dahulu ada cincin milik bangsawan setempat yang bertuah namun terjatuh ke dasar telaga.
Sementara dari kajian ilmiah, telaga ini merupakan kawah gunung berapi yang mengandung belerang. Akibatnya, bila air telaga terkena sinar matahari akan dibiaskan menjadi warna-warni yang indah.

Fasilitas Yang Tersedia Disekitar Telaga Warna, Wonosobo:
Didalam objek wisata telaga warna terdapat sebuah mushola, dan beberapa pusat oleh – oleh khas dieng. Pengunjung juga dapat memanfaatkan penginapan yang tersedia di dieng.
kepingin kesana…….!!!! ke telaga ini….!!!! hehe 

Monday, 17 December 2012

Kenapa Harus Naik Gunung ???



Ada satu kutipan "suatu bangsa tidak akan pernah kekurangan pemimpin apabila generasi mudanya suka naik gunung..", kenapa harus naik gunung? apa enaknya naik gunung? yang ga suka naik gunung pasti heran dan bertanya-tanya, kenapa ada manusia yang rela capek-capek bawa tas segede karung beras terus jalan kaki berkilo-kilo meter? kenapa ada manusia yang rela ngabisin malam tidur di dalam tenda dengan suhu sedingin kulkas? atau bersusah payah jalan merangkak lewat setapak sempit berbatu? atau mengambil resiko tersesat di gelapnya hutan rimba? kenapa ga disini aja? tidur enak, makan minum enak, ngapa-ngapain aja juga enak.. kenapa harus dipersulit? kenapa harus naik gunung?

ya, memang kalau dilihat dari sudut pandang seperti itu, naik gunung sama sekali tidak menyenangkan.. apa asyiknya jalan kaki sejauh 17 km? apa senengnya tersesat di hutan rimba? mau makan aja harus susah payah masak dulu, apa enaknya? di gunung juga ga ada listrik, ga ada sinyal, ga bisa internetan, ga bisa chatting, ga ada mall, ga ada kamar mandi.. bahkan banyak gunung yang ga ada sumber airnya.. trus kenapa masih ada yang suka naik gunung?

jawaban setiap orang pasti berbeda, ada yang karena menyukai tantangan, gemar berpetualang, ada yang karena mencintai keindahan, kedamaian, dll.. apapun alasannya, sebenarnya banyak sekali manfaat yang didapat dari naik gunung.. di gunung kita akan mengerti bahwa dalam hidup ini ada yang lebih penting dari uang atau karir, kita akan belajar tentang kebersamaan, kita akan belajar bahwa diperlukan sebuah perjuangan untuk mendapatkan sesuatu yang berharga. ketika tersesat kita akan belajar bagaimana berfikir dan bersikap cepat, tanggap, dan tepat.. dan saat itu kita dituntut untuk selalu tenang dalam menghadapi apa yang ada di depan kita, kita akan belajar tentang mengambil resiko, tentang tanggung jawab, tentang keberanian.. kita akan menguji diri kita sendiri, melewati batas - batas yang mengurung diri kita, dll..

selain itu, dengan menyaksikan keindahan alam negeri ini, akan tumbuh suatu perasaan cinta yang kuat pada tanah air.. rasa nasionalisme. kita akan lebih menghormati warna merah putih sebagai warna bendera kita..

Soe Hok Gie pernah berkata "kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami, kami katakan bahwa kami adalah manusia-manusia yang tidak percaya pada slogan. patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. seseorang hanya bisa mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya. dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat. pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. karena itulah kami naik gunung"

memang benar, patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan-slogan. dan tanpa bermaksud sinis, mungkin bukan kenaikan gaji, kendaraan dinas mewah, atau kantor-kantor megah yang dibutuhkan wakil-wakil kita dipemerintahan, tapi sebuah perjalanan mendaki gunung. berjalan melihat keindahan alam dari negeri yang mereka pimpin. berbicara dengan bangsa ini melalui lidah-lidah rakyat pedalaman, memahami jiwa bangsa ini dari dekat.. menghayati dan menghidupkan lagi pancasila sebagai ideologi bangsa..

di gunung kita akan meninggalkan semua yang membuat kita nyaman, fisik dan mental kita benar-benar di uji. untuk menikmati keindahan alam yang tersembunyi di balik bukit-bukit terjal kita harus berjuang dulu, berjalan melewati rimba, naik turun tanjakan berbatu.. namun ketika kita sampai di tujuan, kita akan merasa bangga telah melewati semua rintangan, dan sekaligus merasa begitu kecil dihadapan kebesaran tuhan. dari situ akan timbul suatu perasaan aneh yang selalu membuat kita ingin kembali ke alam..

"seorang yang mencapai puncak gunung, menjadi saksi atas keindahan semesta, tidak bisa ia tidak berfikir tentang kebesaran tuhan."

dan jika masih ada yang tanya kenapa ada yang suka naik gunung? saya kira tidak ada satupun dari kita yang bisa menjawabnya, tidak ada jawaban untuk pertanyaan seperti itu, di gunung hanya ada sesuatu untuk dirasakan namun sulit di jelaskan.. harus naik gunung untuk bisa mengerti jawabannya.. :)


Tuesday, 23 October 2012

Candi Borobudur



Borobudur adalah nama sebuah candi Buddha yang terletak di Borobudur, Magelang, Jawa Tengah, Indonesia. Lokasi candi adalah kurang lebih 100km di sebelah barat daya Semarang dan 40 km di sebelah barat laut Yogyakarta. Candi berbentuk stupa ini didirikan oleh para penganut agamaBuddha Mahayana sekitar tahun 800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. 



Monumen ini terdiri atas enam teras berbentuk bujur sangkar yang diatasnya terdapat tiga pelataran melingkar, pada dindingnya dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya terdapat 504 arca Buddha.Stupa utama terbesar teletak di tengah sekaligus memahkotai bangunan ini, dikelilingi oleh tiga barisan melingkar 72 stupa berlubang yang didalamnya terdapat arca buddha tengah duduk bersila dalam posisi teratai sempurna dengan mudra (sikap tangan) Dharmachakra mudra (memutar roda dharma). 



Menurut bukti-bukti sejarah, Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14 seiring melemahnya pengaruh kerajaan Hindu dan Buddha di Jawa serta mulai masuknya pengaruh Islam. Dunia mulai menyadari keberadaan bangunan ini sejak ditemukan 1814 oleh Sir Thomas Stamford Raffles, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Jenderal Inggris atas Jawa. Sejak saat itu Borobudur telah mengalami serangkaian upaya penyelamatan dan pemugaran. Proyek pemugaran terbesar digelar pada kurun 1975 hingga 1982 atas upaya Pemerintah Republik Indonesia dan UNESCO, kemudian situs bersejarah ini masuk dalam daftar Situs Warisan Dunia. 

Kawah Candra Dimuka


Perjalanan kali ini menelusuri sebuah kawah yang cukup populer dikalangan pewayangan . Kawah ini bernama Kawah Candradimuka, letaknya berada diatas sebuah bukit yang lumayan tinggi di dataran tinggi Dieng dengan jarak tempuh sejauh 5 KM. Dengan track naik dengan kemiringan 30 hingga 45 derajat dengan jalan berbatu dan tanah yang cukup labil untuk ditapaki. Secara harfiah kawah Candradimuka berarti : ” Kawah = kawah gunung, lubang, kuali. Sedangkan Candradimuka = Sinar Bulan.” Menurut cerita pewayangan Kawah Candradimuka adalah tempat dimana Gatutkaca ( anak Werkudara dan Arimbi ) direbus supaya kuat, Gatutkaca satria Pringgadani, sebelum kelak menjadi pemimpin, oleh para dewa digulawentah atau semacam disekolahkan ke kawah Candradimuka. 


Tentu tidak perlu bayar uang gedung, uang ekstrakurikuler, uang buku, uang seragam, uang badge, yang jumlahnya ndak bisa dibayangkan sebelumnya. “Jutaan rupiah!” Ya, karena Candradimuka memang disiapkan untuk mendadar calon pemimpin dan bukan ‘perusahaan’ calon pemimpin. Tidak! Karena para dewa tahu, ia akan ‘mencetak’ manusia yang berakal budi luhur dan berjiwa kesatria. Meski tidak mengenal konsep pendidikan Ki Hajar Dewantara, yang juga tertuang dalam UUD 45, para dewa ini sadar, bahwa pendadaran Jabang Tetuka, tidak saja membuatnya menjadi manusia yang kuat, yang mampu mengalahkan Patih Sekipu yang deksia. Tetapi juga membuat Tetuka menjadi manusia cerdas dan berbudi luhur. Pendek kata, Tetuka berhasil menjadi manusia (kesatria) yang sempurna, berkat dadaran para dewa yang dipimpin Batara Narada. 


Namun sekuat-kuatnya Tetuka atau Gatutkaca, ia punya titik kelemahan. Dan disanalah takdirnya ditentukan oleh sang Dewa. Gatutkaca harus tewas di tangan Karna. Karena ditangan Karna, tersimpan keris yang warangkanya berada di pusar Gatutkaca. Saat perang Baratayudha itulah antara keris dan kerangkanya menyatu di tubuh Gatutkaca. Gatutkaca pun gugur sebagai satria. 


Kawah Candradimuka telah menjadi simbul proses pendidikan/pendadaran diri bagi mereka yang akan melakukan tugas berat sebagai kesatria atau pemimpin. Gatutkaca memang oleh para dewa dipersiapkan untuk menjadi pemimpin sekaligus pahlawan bagi negerinya Amarta dan keluarganya Pandawa.

Pantai Siring Kemuning


Pantai Siring Kemuning adalah Kuta Van Bangkalan. Tidak berlebihan kalau saya memberi sebutan seperti itu karena bentang pantai yang memanjang dan didukung pasir putih yang ada membuat kita seakan ada di pulau dewata tepatnya di “pantai kuta” ketika kita berada di pantai siring kemuning. Sebagai negara maritim kepulauan dengan garis pantai membentang sepanjang 95.181 km, sangat wajar kalau Indonesia memiliki banyak sekali pantai yang indah. 


Beberapa di antaranya sudah sangat terkenal hingga ke dunia internasional, sebut saja Pantai Kuta dan Pantai Sanur di Bali. Namun tidak sedikit pula yang masih tersembunyi sehingga keindahannya tidak banyak disaksikan mata manusia. Salah satunya Pantai Siring Kemuning di Bangkalan,Madura. Pantai Siring Kemuning terletak di desa Mecajah di Kecamatan Tanjung Bumi, berjarak sekitar 50 km ke arah utara Kota Bangkalan. Jika memulai perjalanan dari Kota Bangkalan, butuh waktu sekitar sejam dengan menggunakan sepeda motor atau mobil pribadi untuk sampai di pantai ini. 


Sebaiknya gunakan kendaraan pribadi karena belum ada angkutan umum yang mencapai daerah Pantai Siring Kemuning. Suasana di tepi Pantai Siring Kemuning cukup asri dan sejuk, di lokasi dekat pintu masuk terdapat pohon-pohon yang cukup rindang, cocok sekali digunakan untuk lesehan sekedar melepas penat selama perjalanan menuju pantai. Tapi jangan lupa dengan syaratnya, tikar atau alas untuk lesehan harus dibawa sendiri karena belum ada yang menyewakannya. Selain pasir putih, pantai Siring Kemuning di beberapa tempat juga dihiasi batu karang. Kalau membawa anak kecil, sebaiknya berhati-hati untuk melepaskan mereka di zona berbatu karang. 


Bagi pengunjung yang hendak bermain air dan ombak di pantai pasir putih Siring Kemuning juga diharapkan untuk berhati-hati karena menurut penduduk setempat ombak di pantai ini bertipe menyeret bukan mendorong. Ombaknya memang tidak terlalu besar tapi tidak ada salahnya juga untuk selalu berhati-hati terutama anak-anak dan pengunjung yang tidak mahir berenang. Di balik kelebihan dan kekurangannya, Pantai Siring Kemuning adalah obyek wisata di Kota Bangkalan yang patut dikunjungi. Semoga saja pemerintah setempat dapat memberikan sedikit perhatian untuk aset-aset wisata seperti ini supaya pesona-pesona tersembunyi keindahan negeri ini dapat dinikmati khalayak ramai.

Penangkaran rusa Bawean

Mengunjungi penangkaran Rusa Bawean ( nama latin axis kuhlii ), rusa ini endemik atau habitat aslinya di Pulau Bawean, di dunia hanya ada di Pulau Bawean dan termasuk salah satu hewan yang dilindungi. Penangkaran seluas empat hektar ini berada di kaki Gunung gadung dan berbatasan langsung dengan hutan konservasi bawean. Tepatnya di desa Pudakit Barat, Kecamatan Sangkapura, Pulau Bawean.      

 

Sementara itu, berdasarkan penelitian terakhir kerjasama antara universitas Gajah Mada ( UGM) dengan Badan Konservasi Sumber Daya alam ( BKSDA ) tahun 2005. Populasi rusa Bawean berjumlah lebih dari 300 ekor. Jumlah ini memang berkurang dibanding tahun-tahun sebelumnya.



Berkurangnya populasi rusa Bawean ini karena ada perubahan habitat. Saat ini, populasi rusa Bawean di hutan konservasi lebih banyak tinggal di daerah Gunung Besar, Gunung Cina dan Komalasa. Pada zaman Belanda, hutan di Bawean ini adalah hutan lindung, jadi populasi rusa Bawean ini berkembang biak dengan pesat dan mencapai ribuan. tapi pada tahun 1932, hutan ini diubah menjadi hutan produksi, sebagian tanaman di hutan Bawean diganti dengan tanaman jati, jadi habitat rusa Bawean semakin sempit, dan ini berpengaruh dengan perkembangbiakannya. bahkan banyak rusa Bawean waktu itu yang terlantar di kampung, sehingga ditangkap oleh warga sekitar.     

Rawa Pening



Eksotis, mistis, dan fantastis! Ketiga kata itulah yang menggambarkan keindahan Rawa Pening. Taman wisata yang identik dengan kisah Baru Klinting. Taman Wisata Rawa Pening terletak di daerah Ambarawa. Akses menuju Rawa Pening tergolong mudah karena berada di Jalan Raya Semarang-Salatiga. Danau Rawa Pening sangatlah luas. Saat musim hujan, luas danau ini mencapai 4.500 hektare. Danau ini semakin eksotis karena dibentengi delapan buah gunung, yakni Gajah Mungkur, Merbabu, Telomoyo, Kendil, Kelir, Ungaran, Rong, dan Kendalisodo pada sisi selatan, barat, dan utara. Menikmati indahnya Rawa Pening dengan menyewa perahu jadi pilihan yang tepat. Dari atas perahu bisa dilihat hamparan hijau eceng gondok berbalut birunya langit. Sembari terus menyusuri danau, pengunjung akan menemukan aktivitas kehidupan nelayan di Rawa Pening. Aura mistis akan tergambar saat memotret keindahan panorama danau itu. Saking indahnya, danau ini sering disebut surga bagi para fotografer. Konon kabarnya, suasana pagi di Rawa Pening sangat misterius dan mistis. Apalagi jika ditambah ritual yang sering dilakukan oleh penduduk sekitar. Menurut salah satu sesepuh, Pandiman, ada beberapa mistis terkait sumber pembangkit listrik di Dam Jragung Tuntang. Tepatnya 6 Juli 1998, saat pagi buta ada kejadian luar biasa mengusik ketenangan air Rawa Pening. "Tiba-tiba, muncullah tanah dari dasar di tengah rawa pening seluas 5 hektare," cerita Pandiman. Setelah ditelusuri kembali, ternyata peristiwa ini bukan kali pertama. Sebelumnya, tahun 1965 peristiwa serupa terjadi. Saat itu, menjelang kejatuhan Presiden RI pertama Ir Soekarno. Sedangkan peristiwa kedua sesudah kejatuhan Presiden RI kedua, Soeharto. "Mungkin pertanda ada suatu kejadian besar di negeri ini," kata Pandiman mereka-reka. Adapun kata ketiga adalah fantastis. Eceng gondok tumbuh subur di sini dan merupakan salah satu komoditas yang bisa dimanfaatkan sebagai mesin pencari uang. Tanaman sejenis gulma ini dapat diubah jadi produk siap jual seperti tas, kursi, meja, tempat tidur, serta hiasan rumah lainnya. Di samping itu, Rawa Pening juga menghasilkan sejumlah ikan sekaligus sumber penghasilan bagi nelayan. Tak hanya eceng gondok, bahan baku lain yang bisa dimanfaatkan menjadi furnitur adalah bambu cendani atau bambu kecil, daun pandan, daun mangga, daun sirih, dan lamtoro. Legenda Baru Klinting Baru Klinting dan naga merupakan dua hal yang sangat identik dengan Rawa Pening. 


Dikisahkan, pada abad VIII tersebutlah Desa Wening dengan penduduk yang rukun dan damai. Pada suatu kali, sang raja hendak menggelar hajatan tahunan. Untuk meramaikan pesta besar-besaran ini, setiap warga diwajibkan menyajikan lauk-pauk. Menyambut perintah sang demang, penduduk pun segera mencari lauk-pauk ke hutan. Di tengah hutan, ada beberapa penduduk yang sedang kelelahan bersandar di sebuah pohon. Tanpa berpikir panjang, mereka langsung memotong akar pohon tempat bersandar mengusir kelelahan. Seketika, darah segar langsung keluar begitu kapak ditancapkan. Mereka masih belum menyadari akar pohon yang dipotong adalah badan dari seekor naga yang sedang bertapa selama delapan tahun. Mereka lantas girang karena perburuan beberapa hari membuahkan hasil. Saatnya tiba pergelaran dimulai. Sebuah pesta besar-besaran langsung dihelat. Di tengah keramaian pesta, muncullah seorang bertubuh kecil, kulit bersisik, kotor, dan sangat menjijikkan. Anak berumur delapan tahun itu bernama Baru Klinting. 


Tak lain dan tak bukan, Baru Klinting adalah sukma naga yang merasuk di tubuh anak kecil tersebut. Dia meminta sedikit makanan dari warga yang sedang merayakan pesta. Melihat kondisinya, tidak ada seorang pun warga yang mau menolong. Lantas, dia menyelenggarakan sayembara untuk mencabutsodho lanang (semacam lidi) yang telah ditancapkan. Semua penduduk desa berlomba mencoba mencabut sodho lanang. Alhasil, tidak ada penduduk desa yang berhasil menjawab tantangan. Setelah memastikan tidak ada lagi penduduk yang mencoba, akhirnya Baru Klinting mencabut sendiri. Begitu dicabut, air kecil keluar di balik lubang tancapan. Semakin lama, air semakin besar dan membeludak. Sementara itu, luapan air yang semakin lama semakin membesar yang sampai saat ini kita kenal dengan Rawa Pening. "Sumber air yang berasal dari tancapan sodho lanang sekitar 267 meter ke arah timur dari dermaga Bukit Cinta," ujar Pandiman.